Senin, 19 Mei 2008

Othering Theory

Seringkali seseorang tidak dapat membahagiakan semua pihak dalam tindakannya. Kondisi ini juga berlaku dalam kebijakan politik sebuah komunitas masyarakat. Anggaplah analoginya demikian, ada sepuluh orang yang sedang berada di tengah-tengah lautan badai. Kapal yang berkapasitas normal 8 orang, terhuyung-huyung karena ganasnya gelombang ombak. Kemudian,di tengah kondisi darurat, si Kapten menyadari bahwa kapal bisa tenggelam karena kelebihan kapasitas. Oleh karena itu, ia mempertimbangkan untuk membuang 2 orang tertentu di kapal demi menyelamatkan 8 sisanya. Seandainya si Kapten membuang 2 orang tertentu dari kapal tersebut, apakah tindakan itu benar?

Ada banyak contoh kasus di mana sebenarnya banyak komunitas tidak perlu melalui pengalaman untuk mencapai sebuah sinergi politik (baca: persatuan). Mengapa? Karena sinergi politik adalah hal yang dapat direkayasa.

Jerman adalah contoh sebuah bangsa yang dapat melakukan rekayasa kesatuan politik sewaktu partai Nazi berkuasa. Waktu itu, untuk mencapai kesatuan political will dalam rakyat, otoritas Jerman membentuk sebuah perspektif yang homogen tentang apa yang disebut sebagai identitas Jerman. Mereka juga melakukan rekayasa identitas agar rakyat tahu siapa yang dianggap sebagai musuh, dan siapa yang dianggap sebagai Jerman. Rekayasa itu mengorbankan Yahudi. Pengerucutan tentang siapa “yang jahat” dalam Jerman menciptakan sebuah barisan kesatuan rakyat yang kuat, karena pastinya menjadi lebih mudah bagi kalangan bumiputera Jerman mengidentifikasi “yang bukan mereka”.

Penciptaan “identitas pembeda” menciptakan efisiensi yang besar bagi bangsa Jerman. Secepat kilat, Jerman berhasil kembali menjadi negara yang benar-benar kuat di dunia. Hingga akhirnya terperosok kembali kepada perang dunia kedua.

Strategi yang efektif ini juga beberapa kali direplikasi selanjutnya. Misalnya oleh Sukarno dengan istilah “imperialism dan neokolonialisasi”-nya, atau Suharto dengan “pancasila”-nya. Banyak contoh kasus yang lain. Walaupun demikian, sebuah “strategi pembedaan” untuk menciptakan musuh bersama bukanlah sebuah syarat yang serta-merta menciptakan efisiensi lebih dalam bernegara, namun jika taktik ini digunakan dengan perencanaan yang pasti dan pranata sosial yang kuat, strategi ini akan memberi stabilitas jangka panjang.


(Jim IE'04)

Tidak ada komentar: